Semula perjalanan datar-datar saja, bahkan jalannya juga terhitung mulus. Tapi memasuki daerah Srabah, sekitar km 6. Medan tanjakan mulai menantang dan membuat jantung berdetak cepat (lebayyy -_-). Beberapa tanjakan yang cukup ekstrem berhasil kami lalui. Akhirnya kami memilih untuk berisitarahat sebentar untuk sekedar melepas lelah.
Setelah dirasa cukup mendapat kembali tenaga, kami langsung menggenjot sepeda menelusuri tanjakan yang cukup panjang (sekitar 3/5 perjalanan). Pemandangan yang sangan eksotis dengan terasering yang masih hijau membuat udara di sekitar pegunungan sangat sejuk.
Lagi-lagi karena panjangnya tanjakan, kami memilih berisitrahat lagi di PDAM Pagerwojo yang terletak di sekitar km 11. Dari sana, kami melihat sebuah jalan setapak yang membelah bukit dan terlihat cukup ekstrem untuk dilalui. Lalu kami berempat (kecuali Ari yang mencoba membandingkan dengan lewat jalur biasa) mencoba jalur nyeleneh tersebut. Dan betul, pada jalan setapak tersebut kita harus terus mengayuh tanpa boleh berhenti dengan melewati tanjakan-tanjakan dengan sudut yang ekstrem. Fuhh... ternyata jalan tersebut memang ada jalan keluarnya, kami berempat melewati jalur tersebut dengan sangat terengah-engah karena terus mengayuh dengan cepat di jalan setapak tadi. Dan parahnya lagi, jalan tersebut lebih lambat dari pada jalanan biasa, terbukti Ari sudah mendahului kami yang baru keluar jalan setapak tadi.
Dan perjalanan melelahkan dimulai lagi. Sekarang medan trek bukan hanya TANJAKAN, tapi menjadi TANJAKAN dan BELOKAN. Yupss... jalanan menjelang Bedungan Wonorejo menjadi banyak belokan. Jumlahnya mungkin sekitar 10. Selain itu ada satu masalah lagi, ban sepeda Munawar sedikit gembos, tapi dia tetap berusaha meneruskan perjalanan.
Setelah beberapa kali terjadi insiden kecil, akhirnya kami sampai di Pos perisitirahatan para bikers. Yaitu di pertigaan besar sebelum tempat penarikan karcis (tapi kalau bersepeda biasanya nggak bayar ^_^) dan terdapat banner super besar tentang Swalloh Resort. Kami beristirahat sejenak di tempat tersebut. Setelah dirasa cukup akhirnya kami bersiap memulai trek berikutnya, yaitu TURUNAN dengan KECEPATAN TINGGI, inilah yang saya namakan Tour de Wonorejo, The Outdare Journey.
Kami langsung meluncur dengan sepeda kami dengan kecepatan yang sangat tinggi (untuk ukuran Sepeda Gunung), mungkin sekitar 40-50 km/jam. Disini kami harus fokus pada jalanan dan sesekali mengerem karena dengan kecepatan yang sangat tinggi, kami sangat sulit mengatur keseimbangan sepeda pada jalur-jalur yang berkelok. Pada salah satu jalur berkelok yang sangat ekstrem, dengan sudut hampir 80 derajat, saya mencoba untuk tidak terlalu terbawa suasana dengan mengerem sepeda. Menegangkan! Ketika sepeda di rem, ternyata entah kenapa sepeda saya sedikit oleng (bergoyang), untungnya hal tersebut tidak terjadi cukup lama, sepeda pun kembali meluncur dengan mulusnya seperti sedia kala. Setelah jalanan menurun yang cukup curam, akhirnya kami sampai di Bendungan Wonorejo...
[BERSAMBUNG]
Naufal: Jaket MU
Ari: Jaket hitam
Munawar: Baju putih
Syarif: Baju abu-abu
Wishnu: Baju putih lengan panjang
Ari: Jaket hitam
Munawar: Baju putih
Syarif: Baju abu-abu
Wishnu: Baju putih lengan panjang
3 comments:
wah perjalanan yang luar biasa yo. Sayang di tempat saya gak ada tempat kek gitu.
setelah sampe ke rumah Sepeda ane harus masuk bengkel nih!! :(
@DAW-XP: ya mas thx. Bukannya di kalimantan malah banyak hutan-hutannya. Kan manteb tuh buat gowes. hehehehe
@Munawwar: All gain always with pain ^_^. Jangan cuma dimasukin ke bengkel dong, ya di servis kek
Post a Comment