Setelah sepakat, akhirnya kami berlima mencoba menerobos barikade gerbang tersebut yang sebenarnya tidak semua pintu gerbang menutupi pintu masuk tersebut. Sebenarnya jalan ini tidak akan terlihat di musim hujan, karena biasanya Bendungan Wonorejo akan menampung banyak air pada musim tersebut. Bahkan tidak jarang air bisa menyentuh pintu gerbang tadi. Kalau kondisinya seperti itu, Bendungan Wonorejo akan ramai oleh para pemancing.
Panjang jalan tersebut (pada saat itu) hanya sekitar 40 meter, sebenarnya jalannya masih panjang, tapi karena tertutup air yahh apa mau dikata. Di sana kami beristirahat sambil menikmati keindaha Bendungan Wonorejo di waktu surut (jarang2 lho...). Bahkan sampai terlihat ada sebuah pulau yang muncul di tengah2 air bendungan.
Setelah puas menikmati eksotisnya Bendungan Wonorejo, kami baru sadar, kami BELUM MAKAN PAGI. Akhirnya kami bergegas naik lagi ke daerah yang banyak berjualan makanan dengan perut yang masih mengaumm.
Kami memilih soto ayam sebagai sarapan pagi kami. Alasannya simpel saja, hangat dan proses penyajian yang cepat (keburu lapar). Setelah kenyang, kami tidak langsung menggowes untuk kembali pulang. Kami istirahat dulu karena tidak bagus setelah makan langsung berolahraga, apalagi medan menuju kembali ke pertigaan besar cukup berat. Medan menanjaknya cukup ekstrem, seperti yang sobat tahu, pada saat turun ke bendungan dari pertigaan besar. Kami bisa melaju hingga sekitar 40 km/jam...
[BERSAMBUNG]
Naufal: Jaket MU
Ari: Jaket hitam
Munawar: Baju putih
Syarif: Baju abu-abu
Wishnu: Baju putih lengan panjang
Ari: Jaket hitam
Munawar: Baju putih
Syarif: Baju abu-abu
Wishnu: Baju putih lengan panjang
0 comments:
Post a Comment